Sering Aku Lupa
Sering aku lupa bahwa mereka bukanlah milikku yang bisa disisiku selamanya tanpa batas waktu, yang takkan pernah berpisah
Aku juga lupa, bahwa mereka bukanlah bawahanku yang terus menerus kusuruh dan perintah, dengan bentakan atau pukulan
Aku lupa bahwa mereka adalah amanah, yang Allah titipkan untuk dibimbing dan diarahkan, agar hanya menyembah pada-Nya
Bahwa mereka adalah ujian bagiku, apakah aku mampu memberi yang terbaik bagi Allah dari mendidik dan membesarkan mereka
Amarah mengalihkan kenyataan, bahwa mereka hanya anak-anak yang belum memahami, belum mengerti, bahkan belum dihisab
Bukankah aku orangtua, yang artinya kita seharusnya lebih paham, lebih mengerti, lebih bijak, lebih sabar, lebih tenang dan taat?
Emosi menyuruhku untuk menyalahkan diri mereka, padahal akulah yang harus disalahkan sebab gagal mengarahkan pada kebaikan
Kadang aku lupa, salahnya anak kecil tak dihitung Allah, tapi aku menghitung-hitungnya hingga naik pitam dan naik darah
Kadang aku lupa, senyumnya dan tawanya, begitu mudah mereka melupakan jahatnya diriku, terus menyambutku dengan senang
Kadang aku lupa, tak selamanya bisa memeluk mereka, menasihati mereka, bersama-sama dengan mereka, beribadah bersama
Kadang aku lupa, tak harus aku lebih dulu yang menemui Allah, bisa jadi malah sebaliknya, bisa jadi, sangat bisa jadi mereka lebih dulu
Kadang aku lupa, satu masa kelak aku menua, dan aku akan lebih menyebalkan dibanding mereka, jauh lebih merepotkan
Kadang aku lupa, adalah tugasku membimbing dan mengarahkan, adalah tugasku dibanggakan, diandalkan, panutan taat
Sering aku lupa bahwa mereka bukanlah milikku yang bisa disisiku selamanya tanpa batas waktu, yang takkan pernah berpisah
Aku juga lupa, bahwa mereka bukanlah bawahanku yang terus menerus kusuruh dan perintah, dengan bentakan atau pukulan
Aku lupa bahwa mereka adalah amanah, yang Allah titipkan untuk dibimbing dan diarahkan, agar hanya menyembah pada-Nya
Bahwa mereka adalah ujian bagiku, apakah aku mampu memberi yang terbaik bagi Allah dari mendidik dan membesarkan mereka
Amarah mengalihkan kenyataan, bahwa mereka hanya anak-anak yang belum memahami, belum mengerti, bahkan belum dihisab
Bukankah aku orangtua, yang artinya kita seharusnya lebih paham, lebih mengerti, lebih bijak, lebih sabar, lebih tenang dan taat?
Emosi menyuruhku untuk menyalahkan diri mereka, padahal akulah yang harus disalahkan sebab gagal mengarahkan pada kebaikan
Kadang aku lupa, salahnya anak kecil tak dihitung Allah, tapi aku menghitung-hitungnya hingga naik pitam dan naik darah
Kadang aku lupa, senyumnya dan tawanya, begitu mudah mereka melupakan jahatnya diriku, terus menyambutku dengan senang
Kadang aku lupa, tak selamanya bisa memeluk mereka, menasihati mereka, bersama-sama dengan mereka, beribadah bersama
Kadang aku lupa, tak harus aku lebih dulu yang menemui Allah, bisa jadi malah sebaliknya, bisa jadi, sangat bisa jadi mereka lebih dulu
Kadang aku lupa, satu masa kelak aku menua, dan aku akan lebih menyebalkan dibanding mereka, jauh lebih merepotkan
Kadang aku lupa, adalah tugasku membimbing dan mengarahkan, adalah tugasku dibanggakan, diandalkan, panutan taat