Siasat Catur dan Siasat Dakwah
Saya bukan pemain catur yang baik, bahkan mungkin pemain yang buruk. Katanya kalau tak pandai catur, tak pintar bersiasat. Kalau tak pintar siasat artinya tunggu waktu bakal disiasati
Karenanya saya belajar main catur, lawannya kawan-kawan ngaji, sopir, karyawan, dan siapapun yang takut sama saya. Makanya tidak ada progress dalam permainan catur saya
Tapi ada yang lebih penting yang saya temukan saat main catur. Bahwa tidak ada yang namanya perdamaian saat main catur. Bahwa konflik itu kepastian, itu sarana mencapai tujuan
Sehebat apapun permainan catur kita, HARUS ada bidak yang jadi korban, apalagi mendakwahkan tauhid, tentu ada konflik yang akan terjadi, konflik yang HARUS diselesaikan
Banyak diantara kita khawatir akan konflik, dan cenderung membatu dalam kenyamanan. Bahasa kerennya 'comfort zone', bahasa Al-Qur'annya 'ABA' temannya ABA ya WASTAKBAR yaitu takabur
Maunya nyaman, nggak ada konflik, maka dia nggak mau belajar taat, enggan hijrah, enggan bertaubat, enggan mencoba sesuatu yang baru, tidak mau mendobrak kejumudan, kaku.
Tapi dakwah tidak begitu. Sering kita harus menyeret diri menuju ketidaknyamanan untuk mendapat kebahagiaan. Pengorbanan itu harus di jalan dakwah, sesuatu yang lumrah dan biasa
Dan saat kita berani menghadapi konflik yang muncul saat kita berdakwah, memperbaiki diri, hijrah. Disitulah peluang mulai terbuka, dan potensi mulai terlihat, tujuan bisa digapai
Bedanya kalau main catur, selepas konflik-konflik itu, makan dan dimakan itu, ada yang menang dan kalah, atau remis. Tapi dalam dakwah, setelah konflik itu, ada ampunan dan ridha Allah
#YukNgaji biar hidup kita jadi lebih bermakna, bukan hanya mengartikan apa itu bahagia, tapi menggapainya. Kayak di gambar itu loh, saya nggak main, tapi sibuk provokasi yang main hehehe..
On frame bos Yuk Ngaji ID Husain Assadi, bakul kelinci Hidayat Arifianto, bos ChalifaKids Cahyo Ahmad Irsyad, dan bos FAST - Fastabiqul Khairat Weemar Aditya, juga tuan rumah si lae Syahriza bos Ayo Melancong
Saya bukan pemain catur yang baik, bahkan mungkin pemain yang buruk. Katanya kalau tak pandai catur, tak pintar bersiasat. Kalau tak pintar siasat artinya tunggu waktu bakal disiasati
Karenanya saya belajar main catur, lawannya kawan-kawan ngaji, sopir, karyawan, dan siapapun yang takut sama saya. Makanya tidak ada progress dalam permainan catur saya
Tapi ada yang lebih penting yang saya temukan saat main catur. Bahwa tidak ada yang namanya perdamaian saat main catur. Bahwa konflik itu kepastian, itu sarana mencapai tujuan
Sehebat apapun permainan catur kita, HARUS ada bidak yang jadi korban, apalagi mendakwahkan tauhid, tentu ada konflik yang akan terjadi, konflik yang HARUS diselesaikan
Banyak diantara kita khawatir akan konflik, dan cenderung membatu dalam kenyamanan. Bahasa kerennya 'comfort zone', bahasa Al-Qur'annya 'ABA' temannya ABA ya WASTAKBAR yaitu takabur
Maunya nyaman, nggak ada konflik, maka dia nggak mau belajar taat, enggan hijrah, enggan bertaubat, enggan mencoba sesuatu yang baru, tidak mau mendobrak kejumudan, kaku.
Tapi dakwah tidak begitu. Sering kita harus menyeret diri menuju ketidaknyamanan untuk mendapat kebahagiaan. Pengorbanan itu harus di jalan dakwah, sesuatu yang lumrah dan biasa
Dan saat kita berani menghadapi konflik yang muncul saat kita berdakwah, memperbaiki diri, hijrah. Disitulah peluang mulai terbuka, dan potensi mulai terlihat, tujuan bisa digapai
Bedanya kalau main catur, selepas konflik-konflik itu, makan dan dimakan itu, ada yang menang dan kalah, atau remis. Tapi dalam dakwah, setelah konflik itu, ada ampunan dan ridha Allah
#YukNgaji biar hidup kita jadi lebih bermakna, bukan hanya mengartikan apa itu bahagia, tapi menggapainya. Kayak di gambar itu loh, saya nggak main, tapi sibuk provokasi yang main hehehe..
On frame bos Yuk Ngaji ID Husain Assadi, bakul kelinci Hidayat Arifianto, bos ChalifaKids Cahyo Ahmad Irsyad, dan bos FAST - Fastabiqul Khairat Weemar Aditya, juga tuan rumah si lae Syahriza bos Ayo Melancong